Oleh Andre Wongso (Motivator)
(Mari Para guru, kita terus semangat, jangan
patah arang, mari kita berjuang dalam medan pendidikan dengan semangat pantang
menyerah seperti semangat
LABA-LABA.)
Pada suatu sore hari, tampak seorang pemuda
tengah berada di sebuah taman umum. Dari raut wajahnya tampak kesedihan,
kekecewaan, dan frustasi yang menggantung. Dia hanya berjalan dengan langkah
gontai ke sana kemari tanpa arti, seperti tak tahu apa yang dilakukannya. Sementara
di taman itu banyak orang menikmati keindahan pepohonan yang sesekali diiringi
kicauan burung, si pemuda hanya tertunduk lesu. Setelah sekian lama, ia
kemudian terduduk di sebuah kursi taman dan menghela napas panjang.
Saat itu,
tiba-tiba
pandangan matanya terpaku pada gerakan seekor laba-laba yang sedang membuat
sarangnya di antara ranting sebatang pohon tempat dia duduk sambil melamun.
Dengan perasaan iseng dan kesal, diambilnya sebatang ranting yang jatuh tak
jauh dari tempatnya duduk. Seperti hendak melepaskan tak karuan yang
melandanya, si pemuda segera mengarahkan ranting terseb ut untuk merusak sarang
si laba-laba.Akibatnya, benang-benang sarang dari laba-laba yang sudah
seperempat jadi itu pun rusak berantakan.
Setelah puas dengan kelakuannya, si pemuda
memperhatikan ulah si laba-laba. Dalam hati dia ingin tahu, kira-kira apa yang
akan dikerjakan laba-laba setelah sarangnya hancur oleh tangan isengnya? Apakah
laba-laba akan lari terbirit-birit atau dia akan membuat kembali sarangnya di
tempat lain?
Pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban untuk
waktu yang lama. Karena si laba-laba kembali ke tempatnya semula dan mulai
mengulangi kegiatan yang sama. Laba-laba merayap-merajut-melompat, dan dengan
lincah ia menyusun helai benang yang dipintalnya dengan penuh ketekunan.
Semakin lama, semakin lebar dania pun hampir menyelesaikan seluruh pembuatan
sarang barunya. Setelah menyaksikan usaha si laba-laba yang sibuk bekerja lagi
dengan semangat penuh memperbaiki dan membuat sarang baru, pemuda yang dari
tadi memperhatikan ulah laba-laba kembali timbul rasa isengnya. Maka, kembali
ranting si pemuda beraksi dengan tujuan menghancurkan sarang tersebut untuk
kali kedua.
Setelah kembali hancur, pemuda kembali ingin
tahu, apa yang akan dilakukan si laba-laba. Ternyata, tak disangka-sangka oleh
si pemuda, untuk ketiga kalinya laba-laba mengulangi kegiatannya. Ia kembali
memulai dari awal – dengan bersemangat merayap-merajut-melompat dan menyusun
setiap helai benang yang dihasilkan dari tubuhnya. Dengan tekun laba-laba
kembali memintal membuat sarang sedikit demi sedikit.
Demi melihat dan mengamati ulah laba-laba yang
mau membangun sarang yang telah hancur untuk kali ketiga, sang pemuda mendadak
sontak tersadarkan. Tidak peduli berapa kali sarang laba-laba dirusak dan
dihancurkan, sebanyak itu pula laba-laba membangun sarangnya kembali. Semangat
binatang yang begitu kecil, namun giat bekerja tanpa mengenal lelah,
menimbulkan perasaan malu pada diri pemuda. Ia seperti mendapatkan pencerahan.
Karena sesungguhnya, si pemuda yang tadinya merasa hati dan perasaannya gundah,
rupanya baru saja mengalami satu kali kegagalan!
Karena itu, melihat semangat pantang menyerah
laba-laba, dia pun berjanji dalam hati, “Aku tidak pantas mengeluh dan putus
asa karena telah mengalami satu kali kegagalan. Aku harus bangkit lagi!
Berjuang dengan lebih giat dan siap memerangi setiap kegagalan yang menghadang,
seperti semangat laba-laba kecil yang membangun sarangnya kembali dari setiap
kehancuran!” Segera, si pemuda bangkit, dan bertekad kuat untuk bekerja lebih
giat lagi. Bila perlu, dia akan memulai dari awal lagi, tanpa putus asa.
Pembaca yang luar biasa,
Mengalami kegagalan bukan berarti kita harus
menyerah, apalagi putus asa. Sebab, sebenarnya dengan kegagalan itu
berarti kita harus introspeksi diri dan berikhtiar lebih keras dari hari
kemarin… Melalui kegagalanlah kita bisa mengevaluasi setiap langkah
yang telah kita lakukan. Dengan begitu, kita akan tahu hal apa saja yang perlu
diperbaiki dan tahu di mana saja kesalahan yang telah kita perbuat untuk tidak
mengulanginya. Hal itu akan mendasari langkah kita ke depan menjadi lebih baik.
Kegagalan harusnya mulai kita pandang dari sudut
yang berbeda. Kita gagal bukan berarti kita tidak sukses, melainkan kita belum
sukses. Seperti kata pepatah yang sering kita dengar: kegagalan adalah bagian
kecil dari proses sebuah kesuksesan atau kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda.
Banyak tokoh dunia yang kita kenal, semua pasti
pernah mengalami proses kegagalan. Tak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Tak
hanya itu, saat berada di puncak kesuksesan pun, tak jarang mereka terpeleset
dan bahkan kembali jatuh ke jurang. Namun, bagi mereka yang memiliki kekayaan
mental, rasa sakit dan jatuh itu hanya akan dirasakan sebagai masa
belajar dan mengasah diri untuk kembali menggapai prestasi.
Itulah kekuatan sesungguhnya dari semangat “Never
Give Up!“, yakni semangat pantang menyerah yang timbul dari dalam
insan-insan luar biasa yang sadar potensi. Sebab, di balik kegagalan, pastilah
ada pembelajaran. Di balik halangan dan rintangan menghadang, pastilah ada
peluang yang menantang untuk dimenangkan. Untuk itu, mari kita jadikan semangat
“Never Give Up!” menjadi sumber kekuatan untuk terus menerjang tantangan.
Jadikan semboyan “Never Give Up!” sebagai pedoman untuk berkarya, bertindak,
dan berusaha demi mencapai sukses yang luar biasa.
Sumber: Andrewongso.com